Dengan
menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih Maha Penyayang.
Hanya
kepada Allah memohon pertolongan. Berkata Pemimpin dan Penghulu kita, Guru para
guru Islam, Abu Zakaria al-Anshori al-Syafi’i-Semoga Allah Ta’ala melapangkan
kematiannya, dan memberi balasan pada orang yang telah menolongnya di dunia dan
akhirat. Semoga Allah melimpahkan rahmat kepada (Nabi) Muhammad beserta
keluarga dan sahabatnya semua. Amiin.
Dengan
menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih Maha Penyayang.
Segala
puji hanya milik Dzat yang menyendiri dengan sifat wahdaniyyah (tunggal
sifat, dzat, dan af’al), mengasing dengan sifat-sifat robaniyyah (ketuhanan).
Sholawat dan salam semoga terlimpakan pada Nabi (Muhammad) sahabat, keluarga,
dan pasukan (umat)nya. Setelah itu, maka sesungguhnya ilmu tauhid itu
ilmu yang paling mulia di antara ilmu-ilmu yang lain, bahkan yang termulia.
Dari salah satu yang mencukupi dalam pembhasannya adalah ar-Risalah
al-Ruslaniyah (Sepucuk Surat dari Ruslan) karangan Imam al-‘Arif billah
Ruslan al-Dimasyqi (Damaskus). Semoga Allah bersihkan dosanya dan menjadikan
sorga sebagai tempat tinggalnya. Ketika adanya ar-Risalah al-Ruslaniyah
adalah sebaik-baik kitab dalam ilmu tauhid yang telah di karang, dan
yang sangat berbobot dari semua karangan yang berbobot yang telah di susun,
maka aku mohon petunjuk kepada Allah agar aku mampu memberi komentar (syarah)
untuk mengurai kalimat-kalimatnya dan mencapi kehendak maksudnya. Dan aku namai
komentar (syarah) itu dengan nama fathur rohman (Kemenangan dari
Yang Maha Pengasih) sebgai syarah (komentar) atas risalah al-wali
Ruslan. Ketahuliah, sesungguhnya ilmu tauhid itu
(wajib) di cari, Allah berfirman, “fa’lam annahu laa ilaha illallah” (maka
ketahuilah, bahwa tiada Tuhan selain Allah), firman Allah tersebut menetapkan
ketiadaan syirik.
Syirik itu dua macam; Dhohir, jali (jelas dan terang),
al-Ghozali dan yang lain, telah menjelaskan tentang syirik dhohir dan jali
serta menjelaskan bagian-bagianya, dan Bathin, khofi (samar), yaitu
pengusaan (akwan-semesta alam) seluruh keadaan pada hati sehingga
menghalangi pertolongan dari alam ghaib (Allah swt). Itu
menjadikan syirik khofi (syirik samar) jauh dari hadirat suci dengan
tanda-tanda pancaindera. Penyusun (Wali Ruslan) telah mengingatkan hal itu
dengan kalimatnya; keseluruhanmu, wahai orang yang jauh dzat, sifat, dan
fi’ilnya itu syirik khofi (syirik samar). Tempat tumbuhnya itu adalah
prasangka dan hayalan. Prasangka dan hayalan itu menumbuhkan yang lainnya,
seperti pangkat dan kedudukan yang hilang sirna. Ketika yang lain itu sirna
darimu, maka nyata dengan ilmu ilahiyah (ilmu ketuhanan) akan tauhidmu
yang menghilangkan dua macam syirik yang menetapi prasangka dan hayal.
Tidak tampak, yaitu (tidak) jelas, tauhidmu bagimu kecuali dengan
(cara) kamu keluar dari dirimu (sendiri) dan dari aghyar (yang
selain Allah), yaitu dengan pandanganmu pada aghyar (yang selain Allah)
semuanya itu dari Allah, Allah-lah yang menciptakanmu dan apa yang kamu
perbuat. Penyandaran amalmu pada dirimu sendiri itu penyandaran pengusahaan,
dan penyandaran amalmu pada Allah swt itu sah sebgai penciptaan. Allah-lah yang
menciptakan dan kamu-lah yang mengusahakan, untuk di beri pahala atau di siksa.
Sewaktu kamu mampu melepaskan diri dengan keluar dar semua itu,
maka tanpak nyata bagimu, sesungguhnya Dia Ta’ala Yang menciptakan maujud (yang berada), bukan
dirimu. Ketika kamu tidak menyaksikan selain-Nya Ta’ala, maka kamu telah
menunggalkan-Nya dengan senyatanya (haqiqotan). Syuhud
(penyaksian) ini terkadang (agak) lama, (akan tetapi) hal itu jarang (terjadi).
Dan terkadang (terjadi) bagaikan petir yang menyambar (sekejap). Ketika terbuka
nyata bagimu hal itu bagimu, maka kamu (akan) mengerti, sesungguhnya syuhud
(kenyataan) mu bagimu itu (suatu) dosa (yang) kamu memohon ampunan darimu. Maksudnya,
dari syuhud (kenyataan) mu bagimu dengan melepaskanmu dari semua itu
(akan) terbuka bagimu ilmu tauhid, tauhid dzati, tauhid sifati, dan tauhid
fi’li.
Saat kamu temukan satu warna (macam) dari tauhid itu nyata syirik
bagimu dalam perlawanannya dari yang menyerupai-Nya kepada makhluk, itu makom
pisah, maka kamu akan temukan pada setiap saat dan masa, bahkan
setiap nafas (suatu) tauhid, bahwa sesungguhnya Dia Yang Maha
Membuat Yang Maha Ada, dan iman, maksudnya membenarkan hal itu hingga
sampai menjadi sempurna keyakinanmu. Dan ketika kamu naik dari makom faroq
(makom pisah) pada makom jama’
(makom bareng), maka (semakin) bertambahlah tauhid dan imanmu,
sebagaimana perkataan Wali Ruslan:
Ketika kamu keluar, dirimu, dari memandang diri, maksudnya,
dari pandanganmu pada tauhidmu. Dalam naskah lain, minhum (dari
mereka). Maksudnya dari semua makhluk, maka (semakin) bertambahlah imanmu.
Maksudnya pembenaranmu dalam makom kasyaf (makom terbuka) dan mu’ayanah
(makom nyata), karena keluar dari salah satu dua yang berlawanan itu masuk pada
yang lainnya. Dan ketika kamu keluar dari dirimu, maka bertambahlah
keykinanmu. Dalm satu naskah yang lain, qowiyyu yaqinuka, kuatnya
yakinmu, dengan sifat wahdaniyyah (sifat ketunggalan Allah), karena
masalah yang berada padamu itu lebih sempurna dari tu di lain dirimu. Semua ini
adalah martabat al-shidiqin (martabat orang-orang yang benar)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar