Dengan
menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih Maha Penyayang.
Hanya
kepada Allah memohon pertolongan. Berkata Pemimpin dan Penghulu kita, Guru para
guru Islam, Abu Zakaria al-Anshori al-Syafi’i-Semoga Allah Ta’ala melapangkan
kematiannya, dan memberi balasan pada orang yang telah menolongnya di dunia dan
akhirat. Semoga Allah melimpahkan rahmat kepada (Nabi) Muhammad beserta
keluarga dan sahabatnya semua. Amiin.
Dengan
menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih Maha Penyayang.
Segala
puji hanya milik Dzat yang menyendiri dengan sifat wahdaniyyah (tunggal
sifat, dzat, dan af’al), mengasing dengan sifat-sifat robaniyyah (ketuhanan).
Sholawat dan salam semoga terlimpakan pada Nabi (Muhammad) sahabat, keluarga,
dan pasukan (umat)nya. Setelah itu, maka sesungguhnya ilmu tauhid itu
ilmu yang paling mulia di antara ilmu-ilmu yang lain, bahkan yang termulia.
Dari salah satu yang mencukupi dalam pembhasannya adalah ar-Risalah
al-Ruslaniyah (Sepucuk Surat dari Ruslan) karangan Imam al-‘Arif billah
Ruslan al-Dimasyqi (Damaskus). Semoga Allah bersihkan dosanya dan menjadikan
sorga sebagai tempat tinggalnya. Ketika adanya ar-Risalah al-Ruslaniyah
adalah sebaik-baik kitab dalam ilmu tauhid yang telah di karang, dan
yang sangat berbobot dari semua karangan yang berbobot yang telah di susun,
maka aku mohon petunjuk kepada Allah agar aku mampu memberi komentar (syarah)
untuk mengurai kalimat-kalimatnya dan mencapi kehendak maksudnya. Dan aku namai
komentar (syarah) itu dengan nama fathur rohman (Kemenangan dari
Yang Maha Pengasih) sebgai syarah (komentar) atas risalah al-wali
Ruslan. Ketahuliah,sesungguhnya ilmu tauhid itu
(wajib) di cari, Allah berfirman, “fa’lam annahu laa ilaha illallah” (maka
ketahuilah, bahwa tiada Tuhan selain Allah), firman Allah tersebut menetapkan
ketiadaan syirik.
Syirik itu dua macam; Dhohir, jali (jelas dan terang),
al-Ghozali dan yang lain, telah menjelaskan tentang syirik dhohir dan jali
serta menjelaskan bagian-bagianya, dan Bathin, khofi (samar), yaitu
pengusaan (akwan-semesta alam) seluruh keadaan pada hati sehingga
menghalangi pertolongan dari alam ghaib (Allah swt). Itu
menjadikan syirik khofi (syirik samar) jauh dari hadirat suci dengan
tanda-tanda pancaindera. Penyusun (Wali Ruslan) telah mengingatkan hal itu
dengan kalimatnya; keseluruhanmu, wahai orang yang jauh dzat, sifat, dan
fi’ilnya itu syirik khofi (syirik samar). Tempat tumbuhnya itu adalah
prasangka dan hayalan. Prasangka dan hayalan itu menumbuhkan yang lainnya,
seperti pangkat dan kedudukan yang hilang sirna. Ketika yang lain itu sirna
darimu, maka nyata dengan ilmu ilahiyah (ilmu ketuhanan) akan tauhidmu
yang menghilangkan dua macam syirik yang menetapi prasangka dan hayal.
Tidak tampak, yaitu (tidak) jelas, tauhidmu bagimu kecuali dengan
(cara) kamu keluar dari dirimu (sendiri) dan dari aghyar (yang
selain Allah), yaitu dengan pandanganmu pada aghyar (yang selain Allah)
semuanya itu dari Allah, Allah-lah yang menciptakanmu dan apa yang kamu
perbuat. Penyandaran amalmu pada dirimu sendiri itu penyandaran pengusahaan,
dan penyandaran amalmu pada Allah swt itu sah sebgai penciptaan. Allah-lah yang
menciptakan dan kamu-lah yang mengusahakan, untuk di beri pahala atau di siksa.
Sewaktu kamu mampu melepaskan diri dengan keluar dar semua itu,
maka tanpak nyata bagimu, sesungguhnya Dia Ta’ala Yang menciptakan maujud (yang berada), bukan
dirimu. Ketika kamu tidak menyaksikan selain-Nya Ta’ala, maka kamu telah
menunggalkan-Nya dengan senyatanya (haqiqotan). Syuhud
(penyaksian) ini terkadang (agak) lama, (akan tetapi) hal itu jarang (terjadi).
Dan terkadang (terjadi) bagaikan petir yang menyambar (sekejap). Ketika terbuka
nyata bagimu hal itu bagimu, maka kamu (akan) mengerti, sesungguhnya syuhud
(kenyataan) mu bagimu itu (suatu) dosa (yang) kamu memohon ampunan darimu. Maksudnya,
dari syuhud (kenyataan) mu bagimu dengan melepaskanmu dari semua itu
(akan) terbuka bagimu ilmu tauhid, tauhid dzati, tauhid sifati, dan tauhid
fi’li.
Saat kamu temukan satu warna (macam) dari tauhid itu nyata syirik
bagimu dalam perlawanannya dari yang menyerupai-Nya kepada makhluk, itu makom
pisah, makakamu akan temukan pada setiap saat dan masa, bahkan
setiap nafas (suatu)tauhid, bahwa sesungguhnya Dia Yang Maha
Membuat Yang Maha Ada, dan iman, maksudnya membenarkan hal itu hingga
sampai menjadi sempurna keyakinanmu. Dan ketika kamu naik dari makom faroq(makom pisah)pada makom jama’(makom bareng), maka (semakin) bertambahlah tauhid dan imanmu,
sebagaimana perkataan Wali Ruslan:
Ketika kamu keluar, dirimu, dari memandang diri, maksudnya,
dari pandanganmu pada tauhidmu. Dalam naskah lain, minhum(dari
mereka). Maksudnya dari semua makhluk, maka (semakin) bertambahlah imanmu.
Maksudnya pembenaranmu dalam makom kasyaf (makom terbuka) dan mu’ayanah
(makom nyata), karena keluar dari salah satu dua yang berlawanan itu masuk pada
yang lainnya. Dan ketika kamu keluar dari dirimu, maka bertambahlah
keykinanmu. Dalm satu naskah yang lain, qowiyyu yaqinuka, kuatnya
yakinmu, dengan sifat wahdaniyyah (sifat ketunggalan Allah), karena
masalah yang berada padamu itu lebih sempurna dari tu di lain dirimu. Semua ini
adalah martabat al-shidiqin (martabat orang-orang yang benar)
[Ketika kamu keluar dari dirimu,
maka bertambahlah imanmu. Dan ketika kamu keluar dari dirimu, maka bertambahlah
yakinmu. Wahai tahanan syahwat dan ibadah! Wahai tahanan makom
(kedudukan) dan mukasyafah (pengetahuan)! Kamu tertipu dan tersibukan
dengan dirimu sendiri (sehingga) jauh dari-NYA. Kapan dan dimana kamu sibuk
dengan-NYA (hingga) kamu jauhi dirimu? DIA Yang Maha Mulya dan Agung (selalu)
hadir dan melihat, DIA bersamamu dimanapun kamu berada di dunia dan akhirat].
6)IDAA KUNTA MA’AHU HAJABAKA ‘ANKA, WA IDZAA
KUNTA MA’AKA ISTA’BADAKA LAHU.
[Ketika kamu bersama-NYA, DIA akan
menghalangimu darimu. Dan ketika kamu bersamamu, maka DIA akan menjadikanmu
hamba bagi diri-NYA].
[Iman itu keluarmu dari-NYA. Dan
yakin itu keluarmu darimu].
8)WA IDZAA ZADA IMANUKA NAQOLTA MIN HAALIN ILAA
HAALIN. WA IDZA ZAADA YAQINUKA NAQOLTA MIN MAQOOMIN ILAA MAQOOMIN.
[Ketika imanmu bertambah, maka kamu
akan berpindah daru satu keadaan pada keadaan yang lain. Dan ketika yakinmu
bertambah, maka kamu akan berpindah dari satu makom (kedudukan) pada makom
(kedudukan) yang lain].
9)ASYARI’ATU LAKA HATTA TATHLUBUHU MINHU. WAL
HAQIQOTU LAHU HATTA TATHLUBUHU BIHI LAHU JALLA WA ‘AZZA HAITSU LAA HIINA WA LAA
AINA.
[Syari’at itu bagimu hingga kamu
mencarinya dari-NYA. Hakikat itu bagi-NYA hingga kamu mencarinya dengan-NYA
bagi diri-NYA Yang Maha Agung dan Mulia tidak terwaktu dan tertempat].
10) FAS SYARI’ATU LAHAA HUDUUDUN WA JIHAATUN, WAL
HAQIQOTU LAA HADDA WA LAA JIHATA.
[Maka syari’at itu punya batasan
dan arah, dan hakikat itu tidak ada batas dan arahnya].
11) AL QOOIMU MA’AS SYARI’ATI TAFADLULUN ‘ALAIHI
BIL MUJAHADATI, WAL QOOIMU MA’AL HAQIQOTI TAFADLULUN ‘ALAIHI BIL MINNATI, WA
SYATTAANA BAINAL MUJAHADATI WAL MINNATI .
[Yang beribadah (bersama) dengan
syari’at itu (menjadi) anugerah dengan mujahadah (sungguh-sungguh), dan
yang beribadah (bersama) dengan hakikat (menjadi) anugerah dengan pemberian
Allah, dan jauh banget (perbedaannya) antara mujahadah (sungguh-sungguh)
dengan minah (pemberian Allah swt)].
[Yang
beribadah dengan mujahadah (sungguh-sungguh) berada dengan Allah Ta’ala,
dan yang beribadah dengan minnah (pemberian) sudah sirna].
13) AL A‘MALU
MUTA’ALIQUN BISY SYAR’I, WAT TAWAKKULU MUTA’ALLIQUN BIL IMAN, WAT TAUHIDU
MUTA’ALLIQUN BIL KASYFI.
[Amal-amal
itu berhubungan dengan syari’at, tawakal itu berhubungan dengan iman, dan
tauhid itu berhubungan dengan kasyaf (terbukanya pengetahuan ilahiyah)].
14) AN NAASU
TAAIHUUNA ‘ANIL HAQI TA’ALA BIL ‘AQLI WA
‘ANIL AKHIROTI BIL HAWAA.
[Manusia bingung dengan akalnya
dari (mengenal) Allah Yang Maha Benar dan Maha Agung, dan nafsunya dari
(mendapatkan) akhirat].
15) WA MATAA THILABTAL HAQQO BIL ‘AQLI DLOLTA, WA
MATAA THOLABTAL AKHIROTA BIL HAWAA DLOLTA.
[Ketika kamu mencari Allah Yang
Maha Benar dengan akal, maka kamu tersesat. Dan ketika kamu mencari akhirat
dengan hawa nafsu, maka kamu tersesat]
16) AL MU’MINU YANDHURU BINURILLAHI TA’ALA, WAL
‘ARIFU YANDHURU BIHI.
[Orang
mu’min melihat dengan cahaya Allah Ta’ala, dan orang ‘arif melihat dengan Allah
Ta’ala]
17) MAA DUMTA ANTA
MA’AKA BINAA AMARNAAKA, FAIDZAA AFNAITA BINA ‘ANKA TAWALAINAAKA.
[Selagi
kamu, dirimu, bersamamu dengan-KU, maka AKU perintahkan kamu (menjalankan
syari’at). Dan ketika dirimu sirna
dengan diri-KU, maka AKU biarkan dirimu seadanya].
18)MAA TAWALLAAHUM ILLA BA’DA
FANAIHIM.
[Allah
awt tidak akan menjadikan wali pada mereka (salikin/orang yang berjalan
menuju-NYA) kecuali setelah kefana (sirna)an mereka].
19)MAA DUMTA ANTA ANTA FA ANTA MURIDUN, FA IDZA
AFNAAKA FA ANTA MURODUN.
[Selagi dirimu adalah dirimu
semata, maka kamu seorang murid. Kemudian ketika Allah swt mefanakanmu,
maka kamulah yang di kehendaki].
20) AL YAQIINU AL ADWAMU GHOIBATUKA ‘ANKA WA
WUJUDUKA BIHI.
[Yakin
itu yang paling langgeng; hilangmu dari dirimu dan adamu dengan-NYA].
21) KAM BAINA MAA
TAKUUNU BI AMRIHI WA BAINA MAA TAKUUNU BIHI.
[Seberapa banyak masa keberadaanmu
dengan perintah-NYA dan masa keberadaanmu dengan-NYA].
22) IN KUNTA BI AMRIHI HADLO’AT LAKAL ASBABU, WA
IN KUNTA BIHI TADLOFDLO’AT LAKAL AKWANU.
[Jika dirimu bersama perintah-NYA,
maka segala sebab patuh padamu. Dan jika dirimu berada bersama-NYA, maka
seluruh semesta tunduk padamu].
23) AWWALUL MAQOOMAATI ASH SHOBRU ‘ALAA MURODIHI,
WA AUSATHUHA AR RIDLO BI MURODIHI, WA AKHIRUHA ANTAKUUNA ANTA BI MURODIHI.
[Permulaan makom (kedudukan)
adalah bersabar atas kehendak-NYA, pertengahan makom adalah ridlo dengan
kehendak-NYA, dan makom terakhir adalah keberadaanmu (selalu) dengan
kehendak-NYA].
[Ilmu itu jalan beramal, amal itu
jalan ilmu, ilmu itu jalan makrifat, makrifat itu jalan kasyaf, dan kasyaf
itu jalan fana].
25) MAA SHOLAHTA LANAA MAA DAMAA FIIKA BAQIATUN
LISAWWANAA FAIDZA HAWALATIS SAWAA ‘ANKA AFNAINAKA ‘ANKA FASHOLAHTA LANA
FAAWIDUN GHINAAKA SIRRUNAA.
[Tidak patut dirimu bagi-KU selagi
masih ada dalam dirimu sisa tujuan-KU. Ketika tujuan itu telah hilang darimu,
AKU akan sirnakan dirimu darimu. Saat itulah kamu patut bagi-KU, kamu peroleh
kekayaanmu sebagai rahasia-KU].
[Ketika gerak tidak tetap atasmu
untuk dirimu, maka sempurna yakinmu. Dan ketika wujudmu tidak tetap
bagimu, maka sempurna tauhidmu].
27) AHLUL BATHINI
MA’AL YAQIIN WA AHLUDH DHOHIRI MA’AL IMAN.
[Ahli batin itu bersama yakin dan
ahli dhihir itu bersama iman].
28) FA MATAA TAHARROKA QOLBU SHOHIBUL YAQIIN,
NAQOSHO YAQIINUHU, WA MATAA YAKHTURU LAHU KHOOTIRUN KAMILA YAQIINUHU. WA MATAA
TAHARROKA QOLBU SHOHIBIL IMAN BI GHOIRIL AMRI, NAQOSHO IMANUHU. WA MATAA
TAHARROKA BIL AMRIL ILAHIYYI WA QOOMQ BIHI KAMILA IMNUHU.
[Ketika
hati Shohibul Yaqin (Pemilik Yakin) bergerak-gerak, maka keyakinannya
berkurang. Apabila hati Shohibul Yakin merasa khawatir oleh suatu kekhawatiran,
maka sempurna keyakinannya. Apabila hati pemilik iman bergerak-gerak dengan
tanpa perintah, maka telah berkurang imannya. Dan bila bergerak-gerak dengan perintah ilahiyah dan menetapi
perintahitu, maka telah sempurna imannya].
29) MA’SHIYATU AHLIL YAKIN KUFRUN, WA MA’SHIYATU
AHLIL IMAN NAQSHUN.
[Maksiat
Ahli Yakin itu kekufuran, dan maksiat Ahli Iman itu kekurangan].
[Muttaqi
(petakwa-orang yang takwa) itu mujtahid (orang yang bersungguh-sungguh),
Muhib (Pecinta-orang yang cinta) itu mutakil (orang yang pasrah),
‘Arif (orang yang kenal Allah) saakin itu (orang yang tenang, dan
yang ada itu tiada].
31) LAA SUKUUNA
LITAQIN WA LAA HARKATA LI MUHIBBIN WA LAA ‘AZMA LI ‘ARIFIN WA LAA WUJUDA LI
MAFQUDIN.
[Tiada
ketenangan bagi orang yang takwa, tiada gerak bagi orang yang cinta, tiada
kehendak bagi orang yang kenal, tiada bentuk bagi orang hilang].
32) MAA TAHSHULUL
MAHABBATU ILLAA BA‘DAL YAQIINI.
[Cinta
tidak akan berhasil kecuali setelah yakin].
33) WAL MUHIBBUSH
SHOODIQU QOD KHOLAA QOLBUHU ‘AMMA SIWAAHU, WA MAADAAMA ‘ALAIHI BAQIYATU
MAHABBATIN LI SIWAAHU FAHUWA NAAQISHUL MAHABBAH.
[Pecinta
Sejati sungguh telah kosongkan hatinya untuk selain DIA. Sewaktu masih ada sisa cinta pada yang selain
DIA dalam hatinya, maka cintanya berkurang].
34)MAN TALADZADZA BIL BALAAI FAHUWA
MA’AHU MAUJUDUN, WA MAN TALDZADZA BIN NA’MAAI FAHUWA MA’AHA
MAUJUDUN, FAIDZA AFNAAHU ‘ANHUMA DZAHABAT TALADZUDZU BIL BALAAI WAN NA’MAAI.
[Siapa yang berasa nikmat dengan bencana
maka dia ada bersamanya. Dan siapa yang berasa nikmat dengan kebaikan maka dia
ada bersamanya. Kemudian ketika Allah sirnakan dia dari bencana dan kebaikan,
maka hilang kelezatan dengan bencana dan kebaikan].
35) AL MUHIBBU ANFAASHU HIKMATAN, WAL MAHUBBU
ANFAASAHU QUDROTAN. [Pecinta memiliki hal terindah berupa kebijakan, dan
Yang Dicinta memeiliki hal terbaik berupa kekuasaan].
36) AL ‘IBADATU LIL MU’AWADLOOTI WAL MAHABBATU LIL
QURUBATI.
[Ibadah itu untuk penggantian dan
cinta itu untuk pendekatan].
37) WA’LAM A’DADTU LI ‘IBADIYASH SHOLIHIN MAA LAA
‘AINUN RO’AT WA LAA UDUNUN SAMI’AT WA LAA KHOTHORUN ‘ALAA QOLIL BASYARI.
[Ketahuilah! AKU sediakan bagi hamba-hamba-Ku
yang sholeh, ada sesuatu yang tidak pernah terlihat mata, tidak pernah
terdengar oleh telinga, dan tidak pernah terlintas dalam hati manusia].
38) LAMAA ARODUUNI BIY A’THOITUHUM MAA LAA ‘AINUN
RO’AT WA LAA UDUDUN SAMI’AT.
[Ketika mereka mengharapkan-KU
dengan-KU, maka AKU berikan pada mereka sesuatu yang tidak pernh terlihat oleh
mata, tidak pernah terdengar oleh telinga].
39) IDZA AFNAAKA ‘AN HAWAAKA BIL HUKMI WA ‘AN
IRODATIKA BIL ‘ILMI TASHIRU ‘ABDAN SHORFAN LAA HAWAA WA LAA IRODATA, FA
HIINAIDZIN YAKSYIFU LAKA FATADLMAHILLUL
‘UBUDIYYATA FIL WAHDANIYYAHTI FAYAFNAL ‘ABDU WA YABQOR ROBBU ‘AZZA WA JALLA.
[Ketika Allah lenyapkan dirimu dari
hawa-nafsumu dengan ketetapan dan dari kehendakmu dengan ilmu, maka kamu akan
menjadi hamba sejati (murni), kemudian ketika seperti itu, maka dirimu akan
terbuka, kemudian ibadah akan sirna dalam sifat ketunggalan (wahdaniyyah),
maka sirna hamba dan kekal Allah Yang Maha Mulia dan Agung].
[Syari’at itu semuanya genggaman,
ilmu itu semuanya keluasan, dan makrifat itu semuanya petunjuk].
41) THORIIQUNAA MAHABBATUN LAA ‘AMALA WA FANAAUN
LAA BAQOOUN.
[Jalan (tarek) kami adalah cinta,
bukan amal; dan (fana) sirna, bukan kekal].
42) IDZA DAKHOLTA FIL ‘AMAL KUNTA LAKA, WA IDZA
DAKHOLTA FIL MAHABBATI KUNTA LAHU.
[Ketika
kamu masuk dalam amal, maka kamu untuk dirimu. Dan ketika kamu masuk dalam
cinta, maka kamu bagi-NYA].
43)AL ‘AABIDU ROO’IN LI
’IBADATIHI WAL MUHIBBU ROO’IN LI MAHABBATIHI.
[Orang
yang beribadah melihat ibadahnya dan orang yang cinta (pecinta) melihat
cintanya].
44) IDZA ‘AROFTAHU
KAANAT ANFAASUHU BIHI WA HARKAATUKA LAHU,
WA IDZA JAHILTAHU KAANAT
HARKAATUKA LAKA.
[Ketika
kamu mengenal-NYA, maka itu sebaik-baik keberadaanmu dengan-NYA dan seluruh
gerakmu untuk-NYA. Dan ketika kamu tidak mengenal-NYA, maka seluruh gerakmu
bagi dirimu sendiri]
45) AL ‘AAIDU MAA
LAHU SUKUUNUN, AZ ZAAHIDU MAA LAHU ROGHBATUN, WASH SHODIIQU MAA LAHUU
IRTIKAANUN, WAL ‘ARIFU MAA LAHU HAULUN WA LAA QUDROTUN WA LAA IKHTIYAARUN WA
LAA IRDATUN WA LAA HARKATUN WA LAA SUKUUNUN, FAL MAUJUDU MAA LAHU WUJUDUN.
[Orang
ahli ibadah itu tidak punya diam, orang
yang benci dunia itu tidak punya kesenangan, orang yang benar itu tidak
condong, dan orang yang kenal Allah (‘arif) itu tidak punya daya,
kekuatan, usaha, kehendak, gerak, dan diam. Maka yang diadakan itu tidak berada].
46)IDZA ISTA’NASTA BIHI ISTAUHASTA MINKA.
[Ketika kamu merasa tentram
dengan-NYA, maka kamu merasa gelisah dengan dirimu sendiri]
47) MAN ISYTAGHOLA BINAA LAHU A’MAINAHU, WA MAN
ISYTAGHOLA BINA LANAA ABSHORNAAHU.
[Orang yang sibuk dengan-KU karena
dirinya, maka dia akan AKU butakan. Dan siapa yang sibuk dengan-KU karena
diri-KU, maka dia akan AKU beri penglihatan].
48) IDZA ZAALA HAWAAKA YAKSYIFU LAKA ‘AN BABIL
HAQIQOTI FA TAFNAA IRODATUKA FA YAKSYIFU LAKA ‘ANIL WAHDANIYYATI FA TAHAQQOQO
ANNAHU HUU BILAA ANTA.
[Ketika hawa-nafsumu telah hilang,
maka akan terbuka bagimu dari pintu hakikat, kemudian sirna kehendakmu, lalu
terbuka bagimu dari sifat wahdaniyyah (ketunggalan), maka tampak nyata
sesungguhnya DIA itu adalah DIA, dengan tanpa dirimu (bukan kamu)].
49) IN SALLAMTA ILAIHI QOROBAKA WA IN TANAZAA’AHU
AB’ADA LAKA.
[Jika kamu pasrahkan pada-NYA, maka
DIA akan dekati kamu. Dan bila kamu berselisih dengan-NYA, maka DIA akan
menjauhi kamu].
50)IN TAQORROBTA BIHI QORROBAKA, WA
IN TAQORROBTA BIKA AB’ADAKA.
[Jika
kamu mendekati-NYA dengan diri-NYA maka DIA akan mendekati dirimu. Dan jika
kamu mendekatinya dengan dirimu maka DIA akan menjauh darimu].
51)IN THOLLABTAHU LAKA KALLAFAKA, WA
IN THOLLABTAHU LAHU DALLA LAKA.
[Jika
kamu mencari-NYA untukmu, maka DIA akan membebanimu; dan jika kamu mencari-NYA
karen diri-NYA, maka DIA akan memberimu petunjuk].
52)QURBUKA KHURUJUKA MINKA, WA
BU’DUKA WUQUFUKA MA’AKA.
[Dekatmu
(dengan-NYA) adalah keluarmu dari dirimu, dan jauhmu (dari-NYA) adalah
berhentimu pada dirimu sendiri].
53)IN JI`TA BI LAA ANTA QOBILAKA, WA
IN JI`TA LAKA HAJABAKA.
[Jika
kamu datang tanpa dirimu, maka DIA akan menerimamu; dan jika kamu datang
karenamu, maka DIA akan menghalangimu].
54)‘AMILUN LAA YAKAADU YAKHLUSHU MIN RU`YATI ‘AMALIHI,
FAKUN MIN QOBIILIL MINNAH LAA MIN QOBIILIL ‘AMAL.
[Pengamal
jarang yang lepas dari melihat amalnya, maka jadilah kamu dari sisi anugerah,
bukan dari sisi amal].
55)IN ‘AROFTAHU SAKNTA,
WA IN JAHILTAHU TAHARROKTA.
[Jika
kamu mengetahui-NYA, maka kamu akan tenang; dan jika kamu mengasingi-NYA, maka
kamu akan gelisah].
56)FAL MUROODU AN YAKUUNU WA LAA TAKUUNU ANTA.
[Yang
diharapkan adalah keberadaan-NYA dan bukan keberadaanmu, dirimu].
[Ketika
kamu jauhi hawa-nafsumu, maka imanmu bertambah kuat; dan ketika kamu jauhi
dirimu, maka tauhidmu bertambah kuat].
59)AL-KHOLQU HIJAABUN, WA ANTA HIJAABUN, WAL HAQQU LAISA
BI MAHJUUBIN ‘ANKA, WA HUWAA MUHTAJIBUN ‘ANKA BIKA, WA ANTA MUHTAJIBUN BIKA, WA
ANTA MAHJUBUN ‘ANKA BIHI, FAN FASHIL ANTA ‘ANKA TASYHAD.
[Makhluk
semua adalah dinding, dan kamu adalah dinding; Allah Yang Maha Nyata tidak
terhalang darimu, DIA terhalang darimu olehmu sendiri, dan kamu terhalang
dengan dirimu sendiri, dan kamu terhalang darimu dengan-NYA, maka pisahkanlah
dirimu darimu, maka kamu akan menyaksikan-NYA].
***
MATAN RISALAH RUSLANIYAH ini di (syarahi) komentari oleh: 1) ABU YAHYA ZAKARIYA
AL-ANSHORI AL-SYAFI’I dengan nama FATHUR ROHMAN, 2) AL-SYEKH
AL-IMAM AL-ALIM AL-‘ALAMAH AL-BAHRU AL-FAHAAMAH RUKNUDDIN ‘ABDUL QUDDUS
AL-HANAFI AL-HUSENI dengan nama JAM’UL BAHRAIN ***
[Ketika kamu keluar dari dirimu, maka bertambahlah imanmu. Dan ketika
kamu keluar dari dirimu, maka bertambahlah yakinmu. Wahai tahanan syahwat dan
ibadah! Wahai tahanan makom (kedudukan) dan mukasyafah (pengetahuan)! Kamu tertipu
dan tersibukan dengan dirimu sendiri (sehingga) jauh dari-Nya. Kapan dan dimana
kamu sibuk dengan-Nya (hingga) kamu jauhi dirimu? DIA Yang Maha Mulya dan Agung
(selalu) hadir dan melihat, DIA bersamamu dimanapun kamu berada di dunia dan
akhirat].
6)IDAA
KUNTA MA’AHU HAJABAKA ‘ANKA,
WA IDZAA KUNTA MA’AKA ISTA’BADAKA
LAHU.
[Ketika kamu bersama-NYA, DIA akan menghalangimu darimu. Dan ketika kamu
bersamamu, maka DIA akan menjadikanmu hamba bagi diri-NYA].
[Iman itu keluarmu dari-NYA. Dan yakin itu keluarmu darimu].
8)WA
IDZAA ZADA IMANUKA NAQOLTA MIN HAALIN ILAA HAALIN. WA IDZA ZAADA YAQINUKA
NAQOLTA MIN MAQOOMIN ILAA MAQOOMIN.
[Ketika imanmu bertambah, maka kamu akan berpindah daru satu keadaan pada
keadaan yang lain. Dan ketika yakinmu bertambah, maka kamu akan berpindah dari
satu makom (kedudukan) pada makom (kedudukan) yang lain].
9)ASYARI’ATU
LAKA HATTA TATHLUBUHU MINHU. WAL HAQIQOTU LAHU HATTA TATHLUBUHU BIHI LAHU JALLA
WA ‘AZZA HAITSU LAA HIINA WA LAA AINA.
[Syari’at itu bagimu hingga kamu mencarinya dari-NYA. Hakikat itu
bagi-NYA hingga kamu mencarinya dengan-NYA bagi diri-NYA Yang Maha Agung dan
Mulia tidak terwaktu dan tertempat].
10) FAS SYARI’ATU LAHAA HUDUUDUN WA JIHAATUN, WAL
HAQIQOTU LAA HADDA WA LAA JIHATA.
[Maka syari’at itu punya batasan dan arah, dan hakikat itu tidak ada
batas dan arahnya].
11) AL QOOIMU MA’AS SYARI’ATI TAFADLULUN ‘ALAIHI
BIL MUJAHADATI, WAL QOOIMU MA’AL HAQIQOTI TAFADLULUN ‘ALAIHI BIL MINNATI, WA
SYATTAANA BAINAL MUJAHADATI WAL MINNATI .
[Yang beribadah (bersama) dengan syari’at itu (menjadi) anugerah dengan mujahadah
(sungguh-sungguh), dan yang beribadah (bersama) dengan hakikat (menjadi)
anugerah dengan pemberian Allah, dan jauh banget (perbedaannya) antara mujahadah
(sungguh-sungguh) dengan minah (pemberian Allah swt)].
[Yang beribadah dengan mujahadah (sungguh-sungguh) berada dengan
Allah Ta’ala, dan yang beribadah dengan minnah (pemberian) sudah sirna].
13) AL A‘MALU MUTA’ALIQUN BISY SYAR’I, WAT
TAWAKKULU MUTA’ALLIQUN BIL IMAN, WAT TAUHIDU MUTA’ALLIQUN BIL KASYFI.
[Amal-amal itu berhubungan dengan syari’at, tawakal itu berhubungan
dengan iman, dan tauhid itu berhubungan dengan kasyaf (terbukanya
pengetahuan ilahiyah)].
14) AN NAASU TAAIHUUNA ‘ANIL HAQI TA’ALA BIL
‘AQLI WA ‘ANIL AKHIROTI BIL HAWAA.
[Manusia bingung dengan akalnya dari (mengenal) Allah Yang Maha Benar dan
Maha Agung, dan nafsunya dari (mendapatkan) akhirat].
Puji syukur kami panjatkan
kehadirat Allah SWT. atas limpahan rahmat dan hidayahNya, sehingga kami,
Yayasan Pesambangan Jati, dapat menyusun Proyek Proposal dengan judul “Proposal
Pembangunan” Pondok Pesantren Pesambangan
Jati Blok Simuprit RT 02 RW 02 Desa Penpen Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon.
Dengan semangat perjuangan untuk
membangun Cirebondan rasa prihatin yang mendalam terhadap
pergeseran nilai-nilai ajaran Islam ditengah masyarakat, kami merasa terpanggil untuk
mengadakan suatu kegiatan pendidikan Islam yang berpijak pada kitabullah dan sunnaturrosulillah dalam kerangka budaya Cirebon yang pernah
menjadi pusat pergerakan Wali Sanga. Kami merasa, perjuangan dan hasyrat
tersebut tidak akan maksimal tanpa adanya suatu lembaga yang bernaung dibawah
badan hukum.
Dengan alasan tersebut diatas, kiranya kami
memandang perlu untuk mengajukan proposal bantuan dana infaq (hibah) dalam
usaha Pembangunan Pondok Pesantren Pesambangan Jati yang sedang kami rintis.
Ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kami
haturkan kepada semua pihak yang telah membantu kami baik moril maupun materil,
semoga hal ini menjadi amal ibadah dan mendapatkan balasan yang sesuai dari
Allah SWT. Amin.